Ide hanyalah Sebuah Faktor Penggali Bagi Eksekusi
Kemarin sepulang kantor, saya bertemu dengan Pak Jalidi, seorang tukang ojek yang sangat sederhana. Dulunya, ia adalah mantan pegawai gudang di salah satu perusahaan percetakan dan penerbitan terkenal. Karena dianggap “tidak patuh” pada atasannya, ia akhirnya dipindah ke bagian percetakan yang terkadang harus “menerima” shift malam plus dan terkadang hari libur pun harus bekerja. Waktu itu tahun 2003. Dengan gaji yang cukup bagus sekitar Rp1,5 juta (UMR saat itu Rp750 ribu), Pak Jalidi mampu hidup layak di sebuah rumah kontrakan di Jantung Jakarta.
Dia mengangankan memiliki rumah di sebuah kompleks perumahan tempat istri dan anaknya kelak tinggal lebih “manusiawi”. Segeralaha dia menyusun rencana mencari uang tambahan. Satu-satunya modal yang dia miliki selain tenaga adalah motor kesayangannya. Tanpa pikir panjang, sepulang kantor ia mulai beralih profesi sebagai tukang ojek setan (keluar hanya pada malam hari dan hari libur). Hari berganti hari, akhirnya dia mulai terpikir bahwa hasil kerjanya mengojek ternyata bisa melebihi apa yang dia dapat sebagai karyawan bagian percetakan.
Akhirnya dengan gagah berani dia mengambil keputusan untuk total (full time) menjadi tukang ojek yang saat itu berpenghasilan bersih dua kali lipat dari gajinya. Sekarang dari hasil mengojek, dia sudah memiliki rumah di sebuah perumahan asri di jantung kota Tangerang plus dua armada ojek lainnya.
Apa yang bisa kita ambil sebagai pelajaran darikisah tersebut? Pencapaian sukses besar jangka panjang hanya membutuhkan dua hal, yaitu sebuah ide yang secara bersamaan diikuti eksekusi.
“Sebrilian apa pun ide tidak akan berarti tanpa disertai keberanian dan mengeksekusinya secara konsisten dan terencana”
Jika eksekusi sangat penting, mengapa masih sering diabaikan? Banyak pelaku bisnis atau individu sebenarnya menyadari ada yang salah saat semua rencana tidak berjalan lancar dan target tidak tercapai. Mereka tahu, jauh dilubuk hati yang paling dalam bahwa ada sesuatu yang hilang saat keputusan tidak bisa dibuat atau ketika komitmen tidak terpenuhi.