LIKE LOVE : SELLING IS NOT TAKING. SELLING IS GIVING.
By Paul Patty
Tidak terasa kita sudah memasuki bulan September 2015, hanya tinggal 3 bulan lagi para salesman akan menutup tahun 2015 yang penuh gunjang ganjing tiada henti ini. Buat sebagian besar salesman, inilah bulan-bulan yang paling sibuk menjelang “Year’s End Sale!”
Salesman sibuk mendapatkan order, omzet, demi mendapatkan insentif dan bonus akhir tahun. Kata “dapat” menjadi pernyataan penting. Bila kata tersebut terlewatkan alias tidak terwujudkan, bisa berujung pada kekecewaan bahkan kegagalan. Namun bila kata tersebut bukan sekedar harapan belaka, tapi benar-benar menggelembungkan dompet salesman, itulah eforia “Year’s End Sale!”
Kata “dapat” seolah-olah menjadi kata sakti buat sebagian besar salesman. Kata berikutnya adalah “masuk”. Jadi bila kedua kata tersebut dirangkaikan, maka munculah rumus abadi sebagian besar salesman, “bila dapat order maka target masuk”.
Muncul pertanyaan penting : bila dikatakan sebagian besar salesman, apa yang menjadi rumusan sebagian kecil salesman?
Tidak perlu survei macam-macam untuk meyakinkan kita semua bila populasi salesman yang sukses selalu lebih kecil ketimbang yang gagal. Jadi pertanyaan yang menggelitik kita semua adalah : apa sih yang menjadi rumusan (sebagian kecil) salesman yang berhasil?
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, perlu saya jelaskan lebih dahulu bila saya lebih senang menggunakan kata insan sales, bukannya salesman. Mengapa?
Istilah INSAN selalu mengingatkan sosok yang menampakkan Spirit Allah saat mengendalikan gejolak emosi manakala situasi pasar tidak menentu, menggapai impian di dunia penjualan yang penuh jebakan, tantangan dan cobaan, jatuh bangun dalam membina relasi dengan pelanggan yang tengah bingung, ragu-ragu, keberatan, ditambah kepercayaan mereka yang semakin lama semakin menipis.
Sebagai insan ciptaan Allah yang memiliki karakter unik dengan karisma mempesona dalam mewujudnyatakankan keceriaan, kepedulian, kepercayaan, kebersamaan, kecintaan yang berlandaskan kasih bagi sahabat-sahabatnya agar selalu memiliki harapan dalam dirinya.
Bagi saya istilah SALES selalu mengandung makna : Success begins with love; Assure continuing customer delight; Listen, learn, share and care to your customer; Excels at strategic thinking; Spirit and stamina for change and challenge, yang kesemuanya mengemuka dalam setiap derap langkah sukses seorang profesional sejati.
Nah, sekarang Anda tahu mengapa saya lebih suka menyapa Anda dengan INSAN SALES. Insan ciptaanNYA yang senantiasa mengerti kehendakNYA, selalu mengutamakanNYA, melayaniNYA, dan pada saat insan sales ingin terus bertumbuh, berkembang, berkarya namun tidak lupa mengucap syukur kepadaNYA, walau situasi bisnis penuh gejolak perubahan dan tantangan yang tiada henti, yang bisa bikin galau siapapun juga!
Bila insan sales mengaku dirinya seorang profesional sejati, maka ia sangat memahami bila kesuksesan selalu dimulai dengan LOVE WHAT YOU DO, DO WHAT YOU LOVE.
Profesional adalah orang-orang yang mencintai profesinya! Itulah sifat mendasar yang dimiliki orang-orang sukses : mereka menyintai apa pun yang dikerjakannya! Seperti ucapan Steve Jobs : “Jalan satu-satunya untuk benar-benar merasa puas adalah melakukan apa yang Anda yakini sebagai karya besar. Dan satu-satunya jalan untuk melakukan pekerjaan besar adalah dengan menyintai apa yang Anda kerjakan!”
Cinta pun sangat berperan dalam dunia bisnis, dunia pemasaran bahkan dunia penjualan. Mau buktinya? Simak pendapat Tim Sanders dalam bukunya yang sangat inspiratif, Love Is The Killer App : “Love is the killer app. Those of us who use love as a point of differentiation in business will separate ourselves from our competitors, just as world class distance runners separate themselves from the rest of the pack trailing behind them.”
Insan sales yang mencintai profesinya akan selalu melihat hal-hal positif dalam dirinya. Ia selalu tahu apa yang menjadi kelebihan, keunggulannya, yang membuatnya menjadi sosok yang berbeda. Saat ini, pribadi insan saleslah yang membuat perbedaan, bukan melulu pada produk/layanan. Remember, ALWAYS BE MAD : Make A Difference!
Pribadi insan sales yang dipenuhi cinta kasih selalu bisa melihat dari sudut pandang orang lain: pelanggan. Cinta itu adalah sesuatu yang abstrak. Oleh karenanya, cinta harus disertai dengan tindakan. Tindakan utama yang dilakukan insan sales adalah menunjukkan kepedulian dengan memberi, melayani atau berbagi dengan pelanggan.
Nah, di saat orang berlomba-lomba memikirkan diri sendiri dan bersikap egois, apakah insan sales mau memikirkan orang lain agar memiliki kehidupan yang lebih baik? Insan sales seyogyanya belajar memberi yang terbaik, selain bagi dirinya tapi terutama bagi orang lain, jangan hanya mau menerima order melulu! Mulailah membahas apa yang dapat insan sales lakukan buat orang lain. Insan sales tidak diciptakan sebagai orang yang berfungsi untuk memikirkan diri sendiri saja. No way! Allah menciptakan insan sales sebagai mahluk pemberi!
Bisa saja insan sales pinter ngomong dan suka bergaul tapi bila ia tidak senang MEMBERI BANTUAN, jangan berharap bakal sampai ke puncak karier. Justru pribadinya akan semakin sempurna, selain mempunyai kompetensi yang lengkap, tapi disertai pula dengan SEMANGAT MEMBERI yang luar biasa. Harap diingat pula, memberi adalah bagian dari KARAKTER, begitu insan sales KEHILANGAN KARAKTER, berikutnya yang terjadi adalah KEHILANGAN KEPERCAYAAN, akibatnya KEHILANGAN PANGSA PASAR, ujung-ujungnya KEHILANGAN PELANGGAN! Nah, bila sudah pada tahapan ini, (apakah insan sales) tinggal selangkah lagi untuk KEHILANGAN INGATANNYA!
Insan sales bisa saja berkata, “saya tidak punya apa-apa untuk dibagikan kepada orang lain.” Ah, nggak bener nih! Masak ia tidak bisa memberikan senyuman, rangkulan, persahabatan, respek, bantuan, pengalaman, dorongan semangat, dan yang terutama sekali memberikan kejujurannya? Masak ia lupa pula bila manusia sesungguhnya saling membutuhkan? Sulitkah memiliki sikap yang berkata, “Siapa yang bisa aku tolong dan berkati hari ini?”
Insan sales yang memiliki cinta menampilkan layanan sepenuh hati yang diekspresikan kepada orang lain – peduli kepada orang lain, bahkan lebih dari peduli kepada diri sendiri. Orang lain itu adalah pelanggan. Pelanggan senang karena insan sales selalu memberi perhatian dan mau mendengar masalah mereka (insan sales punya dua telinga dan satu mulut – mestinya ia bisa menduga kehendak Allah), memberi peluang bagi pelanggan untuk mengembangkan bisnis-bisnis baru, memberi inspirasi dan motivasi bagi para pengambil keputusan agar bisnisnya tetap kompetitif ditengah persaingan demi menjadi pemimpin pasar.
Allah sangat menginginkan insan sales pun bermurah hati dalam berbagi pengetahuan, dengan selalu memberi nasehat atau solusi bisnis, diminta atau tidak. Allah pasti tidak ingin mahluk kesayanganNYA memiliki pengetahuan yang disimpan buat kepentingan dirinya sendiri. Allah justru mengingatkan insan sales untuk tidak jemu berbuat baik, kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi.
Jika insan sales menyintai pelanggan, kepentingan dirinya bukanlah hal yang terutama!
Insan sales sadar sepenuhnya bila apa saja yang ia beri akan kembali kepadanya. Ingatlah, memberi adalah prinsip rohani pula. Allah akan memastikan bahwa orang lain akan bermurah hati kepada insan sales pada saat ia sedang butuh perhatian, pertolongan, dukungan semangat. Menarik bukan?
|
Seorang penyair Romawi yang termashur, Publius Syrus mengatakan: “Jika Anda ingin orang lain memperhatikan Anda, tunjukkanlah perhatian yang sungguh-sungguh kepada sesama Anda. Jika Anda ingin dihormati, tunjukkanlah bahwa Anda lebih dahulu menghormati orang lain. Dan jika Anda ingin dikasihi orang lain, kasihilah orang lain terlebih dahulu.”
Sebagian besar insan sales berpendapat bahwa kita boleh memberi perhatian kepada orang lain, jika mereka terlebih dahulu memberi perhatiannya kepada kita. Konsep ini sekilas tampaknya benar, tetapi sebenarnya sangat egois dan prestisius.
Harap diingat, disadari dan diaplikasi dalam keseharian bila dunia cinta dan dunia penjualan punya hubungan yang erat, karena masing-masing bicara tentang dedikasi yang nyata, saling menghormati, saling mempedulikan dan saling memberi perhatian.
Tim Sanders lewat bukunya Love Is The Killer App juga mengingatkan aplikasi cinta dalam dunia penjualan yang bisa membantu insan sales dalam mencapai jenjang keberhasilan yang lebih tinggi lagi karena: Love is about Sharing, Networking and Compassion.
Dikisahkan Tim Sanders bila Pizza Hut pernah memiliki seorang presiden direktur yang dipanggil Mr. Mike. Dia punya kebiasaan setiap hari Jumat menelpon “Most Valuable Customers (MVC)”. Suatu saat ia harus menelpon seorang MVC yang hidup di lingkungan kumuh, tapi selalu order pizza ukuran large setiap bulan sepanjang tahun.
Terjadilah dialog seperti ini:
Mr. M Hai, saya presiden direktur Pizza Hut menelpon Anda untuk mengucapkan terima kasih dari lubuk hati saya yang terdalam untuk semua order pizza Anda. Saya ingin tahu apakah karyawan kami sudah melayani Anda dengan baik.
MVC Anak-anak saya suka sekali pizza, dan karyawan Anda sudah melakukan tugas mereka dengan baik.
Mr. M Ibu, bisakah ibu cerita lebih banyak lagi tentang ibu sendiri, saya ingin tahu banyak tentang ibu.
MVC Saya sudah bercerai dan anak saya lima, umurnya antara 3 sampai 11 tahun. Saya terpaksa punya tiga pekerjaan untuk menghidupi mereka. Pagi hari kerja di hotel, sore hari jadi waitress di restoran murah dan kotor, dan di akhir minggu saya membantu tetangga dengan membersihkan rumah mereka. Kami memang hidup di lingkungan kumuh, tapi saya mau anak-anak saya bertumbuh dengan punya etika. Mereka selalu marah sama saya karena saya tidak punya cukup waktu buat mereka. Jadi apa pun yang menjadi kesenangan mereka selalu saya penuhi, dan mereka suka sekali pizza.
Mr. M Ibu, saya mau berterima kasih karena Anda pelanggan yang baik, tapi terutama saya juga berterima kasih karena Anda adalah seorang ibu yang sangat baik. Kapan terakhir kali orang lain menyampaikan kepada Anda, kalau Anda adalah seorang ibu yang sangat baik?
MVC Selain anak-anak saya, rasanya nggak ada orang lain yang ngomong begitu sama saya. Mr. Mike, saya sangat berterima kasih sepanjang hidup saya. Saya akan cerita ke semua orang bila ada seorang eksekutif penting seperti Anda telah menelpon saya dan bilang kalau saya seorang ibu yang baik.
Jelas sekali, Mr. Mike berhasil mempesona pelanggannya dengan melakukan sharing, networking dan menunjukkan compassionnya. Mr. Mike paham betul cara yang terbaik untuk mengungkapkan cinta kasihnya kepada pelanggan penting dengan cara yang bisa diterima, dipahami dan disenangi. Dampaknya? Pelanggan mengalami pengalaman unik nan menyenangkan yang akan selalu diingatnya. Bukan cuma diingat saja, bahkan pelanggan akan selalu menceritakan hal-hal yang baik tentang Mr. Mike dan Pizza Hut.
Apakah insan sales memiliki spirit mau peduli dengan memberi, melayani, dan berbagi kepada sesama manusia seperti Mr. Mike? Sungguh tidak mudah. Sifat alami insan sales justru mementingkan diri sendiri. Namun harap diingat, kehidupan profesional tanpa cinta kasih menjadi tidak punya nilai tambah sama sekali. Bukankah memiliki nilai tambah akan membuat insan sales mempunyai daya dobrak dalam memenangkan persaingan? Dan bukankah insan sales akan dinilai berdasarkan kinerja puncak, yang tidak lain adalah representasi dari cinta kasih dalam segala aspek pekerjaannya. Sadarilah, bila cinta kasih merupakan motivasi utama untuk memberikan yang terbaik bagi sesama kita dan mesti menjadi komitmen insan sales untuk melakukannya dengan konsisten!
Itulah sebabnya insan sales diberi waktu selama mengarungi kehidupan profesionalnya untuk belajar tidak mementingkan diri sendiri. Belajar meneladani ucapan Rhonda Byrne dalam bukunya The Secret, “Tidak ada kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan cinta. Perasaan cinta adalah frekuensi tertinggi yang dapat Anda pancarkan. Jika Anda dapat membungkus setiap pikiran dalam cinta, jika Anda dapat mencintai segala sesuatu dan setiap orang, hidup Anda akan berubah.”
Akhirnya, resep sukses (sebagian kecil) salesman yang berhasil (sebenarnya) sangat sederhana : sudahkah Anda menghadirkan cinta dalam dunia penjualan yang penuh hiruk pikuk demi mendapatkan order, omzet, insentif dan bonus? Sudahkah Anda belajar memberi dengan penuh sukacita, bukan semata-mata mendapatkan, yang terbaik bagi perusahaan, bagi pelanggan, bagi suplier, bagi rekan sekerja, bagi atasan, sebagai ungkapan dan tindakan keseharian yang menggambarkan kasih dan anugerah Tuhan kepada Anda? Relakah Anda menjadi seperti lilin, walau kecil tapi rela hancur meleleh demi memberi terang bagi lingkungan bisnis saat ini yang tengah dirundung keremangan bahkan kegelapan tanpa kepastian dan kejelasan?
So, selling is not about take and give, but give and take. The more you give, the more you take. And love is about the same.
START SELLING WITH YOUR HEART, AND ALL YOU NEED IS LOVE. LOVE IS ALL YOU NEED. WHY? BECAUSE LIFE IS ALL ABOUT LOVE. BECAUSE LOVE IS THE BIGGEST MOTIVATOR! BECAUSE LIFE MINUS LOVE IS A BIG ZERO!