Article 2

BE PROACTIVE! BE A WINNER!

By Paul Patty

 David Starr Jordan pernah berucap, dan yakinlah bila ucpannya diamini banyak insan sales, “tidak ada keunggulan sejati di dunia ini yang dapat dipisahkan dari kehidupan yang benar”,  dan  tindakan benar dalam memulai setiap aktifitas penjualan adalah : take initiative!

Harap dimaklumi bila inisiatif selalu sifatnya personal, mucul dari internal diri sendiri, sama sekali bukan atas dorongan, tekanan atau paksaan dari luar (faktor eksternal). Oleh karenanya ungkapan yang lebih padu adalah personal initiative yang maknanya adalah self starting and proactive.

Bahkan Stephen R. Covey, salah satu guru manajemen yang tersohor, menulis dalam bukunya yang fenomenal : The 7 Habits of Highly Effective People, bila kebiasaan insan sales sukses yang pertama adalah Be Proactive.

Bersikap proaktif adalah sebuah keterampilan dan pola pikir yang mampu dilakukan oleh semua insan sales. Setiap insan sales yang terus menerus menciptakan sesuatu yang bernilai merupakan insan sales yang proaktif. Bukankah insan sales harus pula menciptakan nilai tambah pada solusi yang ditawarkannya? Bahkan, seringkali, produktifitas penjualan berbanding lurus dengan tingkat proaktif si insan sales. Artinya, insan sales yang proaktif jauh lebih produktif dari yang reaktif! Inilah saat yang untuk membuktikannya!

Perlu disadari sikap proaktif bermuara pada :

  1. Kesadaran diri merupakan yang utama dalam bersikap proaktif, karena jika insan sales tidak menyadari reaksi negatif mereka, sangat tidak mungkin berinisiatif untuk mengubah reaksi tersebut menjadi tindakan yang positif.
  2. Kemauan (tekad) berbicara tentang sasaran mengenai apa yang harus dilakukan dengan kemauan insan sales, disamping memiliki kecerdasan dan kontrol diri untuk menjadi yang terbaik.
  3. Tanggung jawab bersikap proaktif berarti memiliki rasa tanggung jawab terhadap diri insan sales sendiri, seperti kemampuan untuk merespons sebuah peristiwa yang memungkinkan terbukanya peluang-peluang bisnis.
  4. Penguasaan diri berarti insan sales memiliki penguasaan penuh atas pikiran, emosi dan keyakinannya. Hal ini juga berarti memiliki kendali atas tindakannya dan tidak bakal menyalahkan insan sales lain atas kesalahan atau atau keadaan-keadaan negatif.

Bersikap proaktif akan menemui halangan besar bila pada dasarnya insan sales itu bawaannya tidak mau repot-repot berusaha untuk menjadi proaktif, apalagi hal ini merupakan pilihan pribadi. Insan sales yang benar-benar tidak mau repot bila berhadapan dengan sesuatu hal yang mereka pedulikan, mereka akan menjadi sangat proaktif.

Penghalang yang lain adalah kecenderungan untuk menyalahkan keadaan atas situasi negatif yang terjadi, dan hal ini akan menghasilkan sikap reaktif. Penghalang lainnya adalah sikap menunda-nunda dan rasa takut : takut gagal, takut akan penolakan, takut akan hasil akhirnya. Bahkan ketika insan sales menganggap dirinya proaktif  padahal sebenarnya yang dikerjakannya adalah sekadar proaktif. Oleh karenanya persepsi insan sales sendiri tentang apa arti dari bersikap proaktif, dengan sendirinya, bisa menjadi penghalang juga.

Selain bersikap proaktif, ada pula satu kesamaan yang dimiliki oleh insan sales yang meraih keberhasilan dalam hidup mereka : mereka selalu melakukan sesuatu yang berbeda dan istimewa dengan jaringan saraf mereka untuk memaksimalkan kemampuan yang mereka miliki dan meraih target-target besar mereka, percayalah insan sales yang jenis ini memiliki otak pemenang.

Harap diingat bila otak pemenang sesungguhnya tidak sama dengan otak yang biasa-biasa saja. Coba lihat kenyataan berikut berdasarkan temuan para ahli (The Winner’s Brain, Jeff Brown and Mark Fenske, Penerbit Gemilang, 2012) :

  1. Otak pemenang sangat mahir dalam menghadapi gangguan dan memilih cara yang terbaik untuk memusatkan perhatian pada suatu tugas.
  2. Otak pemenang seakan memiliki pasokan usaha yang tidak pernah habis.
  3. Otak pemenang melakukan penyesuaian dengan cara-cara yang luar biasa.

Hebatnya lagi otak pemenang itu memiliki lima Perangkat Kekuatan Otak :

  1. Radar Peluang : pemenang tidak pernah berhenti melacak sinyal pada layar kehidupannya sebagai konsultan penjualan, dan ketika sinyal itu tampak menarik, mereka akan menyelidikinya, mereka selalu menempatkan dirinya di tempat, saat, dengan perencanaan yang tepat.
  2. Ukuran Resiko : pemenang pandai dalam mengenali apa yang menjadi resikonya, menentukan seberapa besar resiko yang dapat ditoleransi dan apakah mereka bersedia serta sanggup membayar konsekuensinya bila gagal.
  3. Sasaran : pemenang sangat terfokus dan biasanya lebih berhasil daripada teman-teman mereka yang kurang memiliki dorongan diri, karena mereka dengan sengaja mengambil langkah untuk meraih hal-hal yang berarti dalam hidup mereka,  memiliki lebih dari sekedar harapan dan impian, mengarahkan perhatian pada harapan dan impian selama waktu yang dibutuhkan untuk mencapainya.
  4. Akselerasi usaha : banyak insan sales yang menikmati kesuksesan pada saat mereka tidak termotivasi secara khusus, tapi mereka seolah mempunyai semacam energi yang mengatur sendiri, semacam akselerator untuk berusaha demi membangkitkan semangat, meraih nilai tinggi dalam neraca ketekunan serta memperlihatkan banyak aktivitas di bagian otak yang berkaitan dengan dorongan motivasi, sehingga mampu berprestasi dengan baik meskipun tugas-tugas penjualan terkadang membosankan dan tidak memberi motivasi.
  5. Ukuran Bakat : memiliki ukuran bakat yang disesuaikan dengan sebaik mungkin sama pentingnya dengan bakat itu sendiri. Mungkin saja insan sales punya potensi untuk menjadi pembicara yang hebat, insan sales senior yang luar biasa, atau konsultan penjualan yang mengagumkan, tetapi bila ia tidak mengenali kemampuan itu di dalam dirinya, tentu saja ia tidak akan memiliki waktu untuk mengembangkan bakat-bakat alami itu. Sia-sia semua kerja keras yang dilakukannya, karena tidak akan bisa mengubahnya menjadi konsultan penjualan yang ahli. Segala usahanya tidak sesuai dengan kekuatannya.

Perangkat Kekuatan Otak akan memegang kendali dan menjadi sifat menonjol yang ditampilkan oleh otak  insan sales dalam kehidupan penjualan sehari-hari. Hasilnya, ia akan semakin terlibat di dalam kegiatan penjualan yang mengarah kepada kesuksesan.

Jeff Brown dan Mark Fenske dalam bukunya yang inspiratif, menghimbau agar Insan sales selalu mempelajari dan menguasai kedelapan strategi Otak Pemenang agar ia yakin bakal memiliki apa yang disebut Faktor Kemenangan melalui :

  1. Kesadaran Diri : kesadaran diri yang berkembang baik menjadikan dirinya lebih efektif dalam hubungannya, pekerjaannya dan setiap aspek kehidupan profesionalnya, bersiap untuk mengenal dirinya lebih baik lagi.
  2. Motivasi : motivasi mengalir di dalam dirinya seperti aliran listrik, motivasi memudahkan insan sales mengatasi hambatan yang kerap membuat tidak berdaya insan sales-insan sales yang kurang mempunyai tekad.
  3. Keseimbangan Emosi: ketika emosi seimbang, insan sales dapat memanfaatkannya bagi kepentingannya dan mengerahkan perasaannya untuk hal-hal yang berguna daripada dikendalikan secara membabi buta, menguasai berbagai aspek otak yang mengendalikan emosi akan membantunya bersikap lebih hati-hati dengan perasaannya dan membantunya demi menyalurkan perasaan tersebut dengan cara-cara yang positif.
  4. Fokus : otak pemenang mempunyai kemampuan untuk memusatkan perhatiannya pada tugas dan kegiatan yang tengah dikerjakan saat itu, khususnya ketika saat itu juga penuh dengan tekanan dan gangguan, otak menyesuaikan tingkat fokusnya di bawah berbagai macam keadaan dan mampu mengerahkan jenis fokus yang paling baik untuk tugas yang sedang ditangani.
  5. Memori : memori sangat produktif dan bermanfaat apabila digunakan untuk membantu mengahadapi masa depan dan membuat prediksi mengenai cara terbaik guna menangani sbuah situasi baru, otak pemenang sangat mahir dalam dalam memindai pikiran insan sales dengan cepat untuk memperoleh informasi yang sudah lama yang dapat membantu dirinya mengantisipasi dan memahami situasi baru secara lebih baik.
  6. Kegigihan : mengerti dan menerima pentingnya kegagalan dan, singkatnya, insan sales bangkit setidaknya satu kali lagi dibandingkan insan sales lainnya, baik secara mental maupun fisik, yang sama dengan keuletan, kegigihan. Otak gigih adalah soal bangkit kembali, bukan soal menyerah.
  7. Penyesuaian : otak selalu berubah apa pun yang terjadi dan bahwa bentuknya akan secara langsung dibentuk oleh bagaimana insan sales menggunakan otak. Penyesuaian ini tidak terbatas pada satu bagian otak, ini terjadi di seluruh bagian otak. Setiap perubahan pikiran, perilaku atau emosi membuat otak melakukan penyesuaian walaupun perbedaannya tidak sapat segera dilihat pada hasil pemindaian otak.
  8. Pemeliharaan Otak : pemenang merawat otak mereka dengan baik, mereka memberinya makanan yang tepat, istirahat yang cukup, dan melatihnya sebagaimana mereka melatih perut dan dada mereka, maka otak insan sales akan bekerja sesuai cara ia memperlakukannya.

Namun harus diakui pula bila — insan sales sang pemenang — juga manusia, mereka pun menghadapi tantangan-tantangan dalam kehidupan profesionalnya, hanya mereka selalu punya cara yang berbeda dalam mengatasinya.

Pertanyaannya adalah bagaimana, wahai sidang pembaca yang terhormat, seperti juga para insan sales bakal mengatasi tantangan seperti : kesulitan, kekuatiran, kesepian,  ketegangan, kedukaan, rasa rendah diri, rasa takut, masalah sehari-hari?

Percayalah, kesuksesan tidak ditentukan oleh dimana insan sales dilahirkan, seberapa cerdas atau banyaknya uang yang dimiliki, atau bahkan  oleh nasib. Kesuksesan diraih dengan menggunakan kemampuan otak untuk menanggapi keadaan dan tantangan yang dihadapi dalam hidup.

Percayalah, bahwa setiap insan sales pasti berhasil menjadi konsultan penjualan hebat karena mempunyai otak yang bekerja dengan cara yang sangat istimewa guna memaksimalkan pikiran, perilaku dan emosi mereka!

Menjelang akhir tahun 2015 yang hiruk pikuk ini, bahkan menurut ramalan kondisinya bahkan bisa lebih buruk lagi, insan sales harus mengambil inisiatif sembari memutar otaknya, mempraktikkan semua yang sudah dijelaskan di atas, semua yang sudah”built-in” dalam dirinya untuk menyelesaikan pertarungannya dan muncul sebagai sang pemenang!.

Apa pun situasinya, insan sales sejatinya selalu berharap agar tetap “staying alive” sepanjang pertarungan akbar di 2015 ini. Mangkanya, mutlak mempersiapkan kondisi fisik/non-fisik yang prima agar nanti tidak sampai dehidrasi, bahkan ia harus memacu adrenalin agar tetap :

  1. “Move on” menikmati setiap perubahan, tantangan dan peluang-peluangnya sampai akhir tahun tiba.
  2. Menjadi “good connector”, tidak semata-mata menjadi “good communicator” demi membangun net-work di pasar, prospek, pelanggan dan internal perusahaannya.
  3. Menjual karakternya, nilai tambahnya, keunikannya, diferensiasinya dalam menciptakan “real-time engagement” dengan pelanggan agar mereka selalu happy.

Mengakhiri ajang pertarungan di tahun yang tidak mudah ini (dan yang pasti bisa bikin galau), ia harus rajin memeriksa ulang semua komponen-komponen sukses yang ada pada dirinya. Hal ini mutlak dilakukan agar menjadi petarung benar-benar percaya diri, disamping percaya pada performanya, karena untuk menjadi yang terhebat ia harus mau dan mampu :

  1. Mengembangkan diri dan tim suksesnya untuk tetap “working-smarter” dengan memanfaatkan “big data” agar memiliki kedalaman dan ketajaman analisa seorang “businessman”.
  2. Mengeksekusi strategi penjualan terbaiknya, demi menunjukkan jati dirinya yang selalu haus untuk “working-better” dalam mengaplikasikan cara-cara yang sama sekali baru yang mengungguli pesaing-pesaingnya.
  3. Mengakselerasi proses jualannya, karena pada dasarnya ia sangat mengandalkan dirinya untuk “working-faster” untuk memenangkan bisnis-bisnis baru bagi perusahaannya.

Rick Nelson, penyanyi pop 5 dekade yang lalu menyanyikan lirik seperti ini : “I’m a travelin’ man/made a lot of stops/all over the world/and in everyport I own the heart/at least one lovely girl….” Mirip perjalanan seorang insan sales bukan? Pertanyaannya adalah, bagaimana insan sales tahu persis bila ia berada di jalur yang benar demi mencapai tujuannya : menjadi pemenang?

Jawabannya sederhana, insan sales selalu rajin bertanya ke para pelanggannya, apakah ia sudah menyentuh pikiran dan hati mereka. Ya, sesederhana itu! Bagaimana dengan Anda?